Pages

Pemberdayaan Melalui Social Trust fund


Syafri Asim Bustami adalah seorang pembuat kerajinan tangan (handy-craft) dari tempurung kelapa di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Dari bahan baku tempurung kelapa yang dibelinya dengan harga Rp 10.000 per karung, Pak Syafri bisa menghasilkan bermacam-macam barang kerajinan dengan nilai seni tinggi seperti lampu belajar, asbak rokok, celengan, gantungan kunci, bingkai foto, tempat handphone, papan nama, dan macam-macam barang berkualitas lainnya yang memiliki harga jual cukup tinggi.

Uniknya, semua barang-barang tersebut diproduksi Pak Syafri dengan mesin yang diciptakannya sendiri. Dalam satu hari Pak Syafri bisa menyelesaikan satu buah lampu belajar yang indah yang bisa dijual di pasaran dengan harga berkisar Rp 100.000 s/d Rp 250.000. Produk Pak Syafri memiliki ciri khas lokal Minangkabau dan berbeda dengan kerajinan-kerajinan tangan yang lain. Namun, Pak Syafri mengalami kesulitan untuk memasarkan produksinya.

Segala upaya telah dilakukan untuk memasarkan hasil kerajinannya, dari mulai menitipkan-nya di toko-toko suvenir ataupun menggelar sendiri dagangannya di tempat-tempat berlangsungnya event pariwisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Namun karena kekurangan modal dan kebutuhan hidup yang terus bertambah akhirnya Pak Syafri tidak bisa bertahan menjalani usaha kerajinan ini dan terpaksa harus bekerja jadi tukang ojek untuk menafkahi seorang istri dan empat orang anaknya yang masih kecil-kecil.

Istri Pak Syafri adalah seorang guru honor di sebuah SMA di Kabupaten Pariaman. Honornya hanya Rp 200.000 per bulan. Anak Pak Syafri ada 4 orang, yang paling tua berumur 9 tahun. Dari mengojek, Pak Syafri bisa menghasilkan rata-rata Rp 25.000 s/d Rp 35.000 perhari setelah dikeluarkan sewa motonyang dipakainya untuk ojek tersebut.

Setelah beberapa bulan sejak tim Program Social Trust Fund {STF)- program yang digulirkan Dompet Dhuafa di Kabupaten PadangTariaman, Sumatera Barat-menggulirkan dana bantuan pada Pak Syafri, usaha kerajinan tangan tempurung kelapa Pak Syafri mulai menggeliat. Permintaan meningkat, terutama dari toko-toko suvenir yang ada di Pariaman, Padang, dansekitarnya. Sekarang bahkan Pak Syafri sudah mampu menggaji dua orang karyawan secara musiman. Juni mendatang, Pak Syafri sudah mantap mau buka stand dalam ajang Dragon Boat Festival di Kota Padang dan event Ulang Tahun Kota Padang.

Kini Pak Syafri tidak perlu mengojek lagi dan keterampilan yang dimilikinya dapat terus dikembangkan. Pak Syafri juga berharap suatu saat nanti dia bisa mengajarkan ilmu yang dimilikinya k.epada masyarakat, agar usaha kerajinan ini makin berkembang di Sumatera Barat ini dan dapat memberikan peluang usaha bagi masyarakat lainnya.

Kisah Pak Mani Setelah Pak Syafri yang kini mulai memasuki dunia baru sebagai calon pengusaha, salah seorang mustahik yang sekarang te- ngah dibantu dan dibimbing oleh MSTF adalah Pak Mani. Lelaki 38 tahun ini adalah warga Padang Pariaman, Sumatera Barat, yang punya tanggungan seorang istri dan 3 orang anak (9 tahun, 7 tahun, dan 1 tahun).

Karena tidak memiliki biaya, ketiga anak Pak Mani tidak bisa sekolah. Jangan-kan untuk membeli pakaian dan peralatan sekolah, untuk makan sehari-hari saja dia sudah sangat kesulitan. Pak Mani hanya seorang pembuat batu bata di sebuah pabrik batu bata milik tetangga. Dia dibayar hanya Rp 120 perak untuk setiap batu bata yang berhasil dia cetak. Dalam sehari Pak Mani bisa mencetak sekitar 500 batu bata, namun sayangnya, pekerjaan di pabrik tak selalu ada. Kadang-kadang ada kerja, kadang-kadang ia terpaksa hanya menganggur di rumah.

Pak Mani, istri, dan ketiga anaknya menempati sebuah "rumah" yang luasnya hanya 12 meter persegi Lantainya berupa tanah dan tidak ada MCK. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan atapnya dari daun kelapa. Bila hujan datang, mereka akan kebasahan karena atap itu sudah bocor di mana-mana.

Saat ini, Pak Mani, sedang dibimbing oleh Tim Program STF untuk memulai usaha pembuatan batu bata sendiri. Semoga bantuan ini-seperti Pak Syafri-juga bisa mengangkat harkat hidup Pak Mani menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

STF Dorong Kerajinan Batok Kelapa di Padang

Upaya Social Trust Fund (STF) Minang pasca gempa di Sumbar 2009 dalam mendorong bangkitnya usaha kecil memulai menunjukkan hasilnya. “STF ini memberi semangat saya meneruskan usaha kerajinan batok kelapa yang sempat mati”, ungkap Syafri ketika ditemui di rumah kontrakannya di Padang. Syafri saat ini mulai banyak kedatangan pesanan kerajinan batok kelapa yang beberapa tahun ini ditekuninya. Usahanya sempat mati karena tak ada modal sehingga terpaksa mengojek. Bantuan modal dari STF telah menjadi stimulan bagi Syafri untuk bangkit dari keterpurukannya. ” Alhamdulillah saat ini bisa jalan, saya ingin sekali kerajinan ini berkembang”, Sambil menunjukkan beberapa produk kerajinan batok kelapa buatannya.

Syafri adalah satu dari 162 kepala keluarga yang saat ini menerima dana modal bergulir dari STF. STF Minang yang berkantor di Padang Pariaman ini memang bertujuan membangkirkan usaha kecil masyarakat yang banyak mati menyusul gempa yang memporak porandakan Sumbar. Lembaga nonprofit yang dibentuk oleh Dompet Dhuafa ini menggulirkan bantuan permodalan dan bantuan sosial dari dana zakat. infak dan sedekah serta dana CSR Perusahaan. Saat ini STF Minang dikelola oleh seorang Manajer dan 2 staf, dan terus memperkuat jajaran SDM pengelolanya. STF Minang ini didesain untuk dapat menyalurkan dana bantuan sebesar 3 Milyar berupa bantuan ekonomi dan sosial.

Saat ini STF telah dikembangkan di Minang dan Tasikmalaya. Saat ini Dompet Dhuafa juga telah merencanakan pengembangan STF di Bone Sulsel, Lampung, dan Jateng. map

STF Disambut Antusias oleh Pemko Padang

Padang (27/01)—Pemerintah Kota Padang menyatakan mendukung secara penuh program pemulihan ekonomi pasca gempa Sumbar yang digagas Dompet Dhuafa Republika, Social Trust Fund (STF) Minang. Tim STF Minang diterima di Balai Kota Padang, Rabu (27/01) lalu.

Acara pertemuan yang dipandu oleh Kabag Perekonomian Pemko Padang Afrizal dan Kepala Jejaring Dompet Dhuafa Prima Hadi Putra diawali dengan presentasi mengenai program STF Minang oleh Yayan Rukmana, salah seorang Tim Dompet Dhuafa, didampingi Direktur Dompet Dhuafa Singgalang Adel Wahidi dan Manajer STF Minang TF Ruhil Fajri.

Dompet Dhuafa mengajak semua instansi terkait baik pemerintah atau swasta bersinergi dalam program recovery ekonomi pasca gempa.

“Betapa urgensinya pemulihan ekonomi pasca gempa. Sektor perdagangan, pertanian, peternakan, industri kecil, dan sejenisnya merupakan sektor yang menjadi nadi kehidupan masyarakat kecil,” ujar Yayan di hadapan puluhan SKPD dan pimpinan BUMN dan BUMD se Kota Padang.

Sempat dipertanyakan bagaimana kriteria survey dan sinergitas dengan pihak pemerintah, dan persoalan teknis pemberdayaan tersebut. Bahkan ada juga peserta yang mengusulkan program pemberdayaan itu dimulai dari tingkat kelurahan. “Dengan adanya wacana membantu perekonomian masyarakat ke depan, sasaran yang paling utama menurut saya adalah nilai tambah. Kenapa tidak kita coba bikin STF Kelurahan,” ujar Dedi, Pimpinan Bank Nagari Cabang Pasar Raya Padang.

Sementara itu, dukungan terhadap program STF Minang juga datang dari PLN Sumbar. “Kita sangat mendukung rencana ini. Ke depan kalau bisa Dompet Dhuafa langsung bertemu dengan pimpinan BUMN dan BUMD di daerah ini,” ujar Harun yang mewakili PLN Sumbar.

Secara lisan, Pemko Padang, kata Afrizal, siap memberi rekomendasi kepada Dompet Dhuafa tentang optimalisasi program ini dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi masyarakat korban gempa.[dd/yayan]